Bos Pertamina Ungkap Sejumlah Dugaan di Balik Kelangkaan Solar

Nicke Widyawati, Direktur Khusus PT Pertamina (Persero), menyangka ada penyimpangan bahan bakar solar bersubsidi susul kelangkaan bahan bakar solar. Salah satunya argumennya ialah diprediksi mempunyai manfaat yang lumayan banyak di industri seperti kelapa sawit dan perusahaan pertambangan.

“Kami berpikir demikian, dan seperti apakah ini? Pemasaran solar nonsubsidi turun, solar bersubsidi bertambah, tapi industri naik, tapi ini betul. Saya perlu.”

Nicke menjelaskan solar bersubsidi menyumbangkan 93% dari keseluruhan pemasaran bahan bakar solar (BBM) dan cuman 7% untuk solar nonsubsidi. Bila anggapan Nicke betul, keadaan ini perlu selekasnya dikontrol.

Beda harga solar bersubsidi dan nonsubsidi yang besar sekali menjadi satu diantara pemicu berpindahnya konsumsi solar bersubsidi. Menurut Nicke, beda harga capai Rp. Argumen beberapa orang berpindah ialah 7.800 per liter.

“Kami bekerja dengan kewenangan penegak hukum untuk lakukan kontrol dan pemantauan di lokasi untuk pastikan jika (pemakaian bahan bakar diesel) sesuai arah,” kata Nicke.

Industri seperti pertambangan dan perkebunan kelapa sawit tidak bisa memakai solar tolong bila penuhi ketetapan yang berjalan sesuai Ketentuan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 mengenai alat transportasi yang bisa dan jangan memakai bahan bakar solar.

Karenanya, ia ingin ada dasar tehnis pemerintahan untuk meramalkan penyimpangan solar bersubsidi oleh perusahaan besar.

“Kemungkinan kita perlu Ketentuan Menteri (Kepmen) satu tingkat yang atur mengenai juknis yang dipakai pada tingkat lapangan,” kata Nick.

Selainnya sangkaan penyimpangan, ramainya kelangkaan solar di beberapa wilayah karena paket suplai yang turun sampai 5 %. “Ketimpangan ini mengakibatkan permasalahan suplai. Keinginan bertambah 10%, tapi dari segi penawaran, peruntukan menyusut 5%,” kata Nicke.

Dia mengatakan pada 2021, paket solar bersubsidi Pertamina capai 14,84 juta kiloliter (KL) dan aktualisasi pendistribusian capai 14,75 juta KL. Tetapi, pada 2022, peruntukan ini ditarget cuman 14,05 KL, tapi prediksi keinginan sudah capai 16 juta KL, naik 14% year-on-year.

Disamping itu, Nick memperjelas Pertamina terus akan membagikan solar bersubsidi untuk memutuskan barisan panjang kendaraan di beberapa SPBU. Bahkan juga, sampai Februari 2022, pendistribusian telah melewati paket 10%, dari sebelumnya 2,27 juta KL jadi 2,49 juta KL.

“Kami memahami industri sedang berkembang sekarang ini. Sekarang ini kami telah over paket, tetapi kami tetap menyuplai. Kami punyai paket bulanan, tetapi Februari telah di atas 10%.” sawah.

Karena itu, Nick minta DPR menolong meningkatkan paket solar bersubsidi untuk penuhi keperluan warga. Apa lagi di tengah-tengah usaha perbaikan perekonomian nasional.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *