Pemerhati Lingkungan Kampus Indonesia (UI) Tarsoen Waryono mengatakan kerusakan di hilir sungai Cimanuk, Jawa Barat, menjadi satu diantara pemicu banjir besar di Garut pada Sabtu 16 Juli 2022.
Menurutnya, pindah peranan tempat jadi pertanian yang diperhitungkan tidak disertai dengan pelestarian tempat oleh Perum Perhutani menjadi satu diantara factor yang berpengaruh bawa material tanah hingga mengakibatkan erosi.
“Itu harus ditutup . Maka aktivitas pertanian penamaman kentang, sayur dan lain-lain itu bisa tapi menggunakan ketentuan main, pelestariannya dilaksanakan,” kata Tarsoen ke Liputan6.com, Senin (18/7/2022).
Ia mengutarakan, semestinya Perum Perhutani bersama Pemda dapat bergerak cepat lakukan pelestarian tempat.
“Itu dibikin Sengkedan, itu dibikin tanaman pohon lindung, pohon produktif, itu harus dilaksanakan, tidak boleh kosong benar-benar, kelak remuk,” ungkapkan Tarsoen.
Menurut dia, tidak ada permasalahan dengan tempat pertanian. Tetapi perlu diaplikasikan secara proposional.
“Anjuran ke Perhutani itu harus dikontrol. Bisa ditanam sayur, tetapi harus proposional. Berapakah yang perlu ditanam, berapakah yang perlu dihijaukan untuk penyerapan air,” terang Tarsoen.
“Perum Perhutani yang kuasa tempat, Pemda yang kuasai manusianya, petaninya, jadi itu harus ditegaskan . Maka perum Perhutani wajib melakukan mengantisipasi peluang erosi dan banjir besar itu terjadi, karena di hulunya tepat sekali benar-benar gundul,” tambahnya.
Pembabatan Rimba Jadi Pemicu Banjir
Awalnya, Plh Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan sudah memperoleh info ada pembabatan rimba di hilir sungai hingga menjadi satu diantara berlangsungnya musibah banjir di Kabupaten Garut.
“Menurut info yang kami terima, ada pembabatan rimba (di wilayah hilir). Rimba produktif harus logis hingga di saat hujan tiba tidak berpengaruh semacam ini,” kata Uu Ruzhanul Ulum saat mengevaluasi wilayah terimbas banjir di Garut Kota, Kabupaten Garut, Minggu 17 Juli 2022.
Dia menjelaskan cara pengatasan banjir harus dilaksanakan lewat pembelajaran warga di daerah hilir sungai, ditambah ada laporan jika banjir imbas dari pindah peranan tempat di hilir sungai.
Dia memperjelas sama keutamaan dilaksanakan penegakan hukum berbentuk ancaman pada beberapa penghancur lingkungan baik perseorangan atau korporasi.
Pak Uu panggilan dekat Uu Ruzhanul Ulum mengutarakan, masyarakat Daerah Dayeuhandap bukan pertamanya kali alami bencana banjir. Karena itu, masyarakat supaya ingin beralih lokasi tempat tinggal ke wilayah yang semakin aman.
“Kami minta ke warga, terutamanya yang berada di sejauh sungai ini, wilayah yang dipandang beresiko, minta kesadarannya supaya berpindah ke arah tempat yang semakin aman,” kata Uu.
Bupati Garut Rudy Gunawan memutuskan status genting musibah susul banjir yang mencakup delapan kecamatan di daerahnya.
“Kita pastikan genting dan kita lakukan beberapa langkah nyata. Saat ini BPBD, Satpol PP, Damkar, TNI, Polri, telah ada di lapangan lakukan penyelamatan pada korban banjir,” kata Bupati seperti diambil dalam tayangan jurnalis pemda yang diterima di Garut, Jawa Barat, Sabtu.
Menurutnya, hujan lebat sudah memunculkan banjir pada bagian daerah Kecamatan Garut Kota, Tarogong Kidul, Cilawu, Banyuresmi, Karangpawitan, Cibatu, Cikajang, dan Bayongbong.
Selama saat genting banjir, dia menerangkan, pemerintahan kabupaten akan jalankan upaya-upaya pengatasan imbas banjir di daerah-daerah kecamatan itu, terhitung salurkan dana untuk masyarakat yang lingkungan pemukimannya kebanjiran.